Tentunya anda sudah mendengar beberapa berita menakjubkan seputar dunia kriminal yang beberapa minggu terakhir ini memenuhi pemberitaan media cetak dan elektronik
Sebut saja pembunuhan gadis kecil Angeline di Denpasar, Bali. atau mayat anak Kecil dalam kardus di jakarta yang dicurigai diperkosa terlebih dahulu sebelum dibunuh, atau yang tak kalah sadis, penganiayayan Salim Kancil, dan Tosan, di Lumajang Jawa Timur, yang menyebabkan salah satu korban, Salim Kancil terbunuh.
Dalam hati saya jadi berfikir, sebegitu murahkah nyawa manusia, sebegitu mudahkah membunuh orang??
Dahulu ketika stasiun televisi belum menjamur seperti sekarang, seingat saya tindak kriminal utamanya pembunuhan tidak semasiv sekarang, atau mungkin memang sudah banyak, tetapi tidak dieksploitasi....entahlah
Saya jadi teringat ketika presiden Jokowi sempat mengumpulkan pengelola setasiun televisi swasta di negeri kita dan berpesan, agar televisi tidak cuma mengejar rating. tapi oleh beberapa lawan politiknya dianggap sebagai peringatan tidak bermutu, bahkan ada steatmen "kalau televisi tidak mengejar rating lantas mengejar apa??"
lebih parah lagi ada stasiun televisi yang merasa kebebasannya dalam mengekploitasi berita menjadi terancam, yah menyenangkan memang ketika kita bisa ikut menghakimi sebuah kesalahan tanpa kita sadar bahwa pada hakekatnya kita juga punya andil membuat kesalahan tersebut terjadi.
ada satu fakta menarik terjadi di jepang, seorang terdakwa pembunuh serial, dia melakukan pembunuhan ternyata mendapat inspirasi dari sebuah saluran televisi yang kusus membahas masalah kriminal.
dalam kasus tersebut, seperti juga apapun halnya,selalu mempunyai dua sisi mata uang baik dan buruk dan tidak usah merasa heran itu sudah hukum alam....
saya tidak bermaksud untuk mengkambinghitamkan siapapun atau apapun, karena yang terjadi sekarangpun apapun itu kita semua layak menjadi kambing hitam.
Tetapi yang ingin saya garis bawahi di sini bukankah 2 sisi mata uang itu bisa dibuat seperti bilah mata pisau dimana yang satu tumpul yang satu tajam,
Dengan bahasa lain bisa saya katakan bukankah kita tidak perlu mengumbar kejelekan sesuatu hal atau mendetailkan sesuatu hal yang buruk yang mungkin punya potensi untuk ditiru orang.
Bukankah lebih mudah meniru yang buruk daripada yang baik, lantas mengapa kita mendorong orang untuk berbuat buruk (walaupun tidak bermaksud begitu), lawong tidak didorong saja, sudah melakukan.
mungkin agak rumit untuk mengkorelasikan tulisan saya ini, tapi coba renungkanlah, apa yang telah kita lakukan...memberi visualisasi yang baik ( memberi contoh yang baik ) atau sebaliknya....semoga bermanfaat