Kecanggihan atau kemajuan tekhnologi selalu memiliki dua sisi mata uang, yang tentu saja saling bertolak belakang, tidak terkecuali pada industri game online, yang sangat bergantung kepada kemajuan tekhnologi terutama tekhnologi grafis ini.
Kita bisa ambil contoh dalam beberapa judul game online yang sangat populer dimainkan baik anak anak, remaja bahkan beberapa orang dewasa. Efek visual yang dihadirkan sedemikian mendekati kenyataan. Dan tahukah anda, daya tarik game tersebut tidak cuma menghadirkan efek kecanduan, tapi ternyata juga mempengaruhi pola pikir dan psikis seseorang..
Dalam salah satu artikelnya, okezone.com menulis “Game online ini menawarkan sensasi praktis bagi anak dengan nuansa perang-perangan, perkelahian, pembantaian etnis, perang antar suku, dan bahkan pembunuhan sadis terhadap siapapun yang dianggap lawan,” kata Rudi Bastian, Manager Program LBH Anak Aceh.
Menurutnya usaha mencontoh dan meniru tokoh-tokoh dalam game inilah bisa berdampak pada kehidupan si anak. “Setiap anak yang bermain game ini mendapatkan suasana menegangkan, dan menantang, tak terkecuali jika game ini dimainkan oleh orang dewasa,” sebutnya.
Rudy memaparkan hasil penelusuran lembaganya, kedelapan game online tersebut, digandrungi oleh anak usia delapan sampai 14 tahun. Warung internet yang menyediakan game ini, selalu ramai dikunjungi anak-anak atau menjadi rumah kedua bagi mereka dalam bermain.
“Alasan anak senang bermain game adalah karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres, dikarenakan tugas sekolah ataupun karena adanya suatu masalah. Padahal game online seyogyanya diperuntukkan bagi usia 17 tahun ke atas,” ujarnya.
Terlalu sering bermain game diakui dapat mempengaruhi kepribadian anak, terlebih pada usia remaja dimana mereka masih mengalami pembentukan karakter. Remaja cenderung akan menyerap dan meniru segala sesuatu yang dilihat dan menurutnya mengexpresikan dirinya (gue baget , kira kira bahasa gaulnya), sehingga bisa berdampak dalam perkembangan dan pembentukan karakter ke depannya
Apalagi jika game yang dimainkan berunsur kekerasan. Rudy menilai hal ini bisa membentuk karakter mereka menjadi seorang pemberontak, dan rasa ingin tahu yang besar akan segala sesuatu yang terlarang, serta mempunyai tingkah laku yang kadang sangat sulit diterima oleh masyarakat.
Efek lainnya bisa muncul adalah kesulitan bersosialisasi, komunikasi, dan memiliki empati si anak terhadap orang lain sekitarnya. Kondisi ini memicu agresivitas anak dan terkikisnya hubungan sosial anak terhadap kondisi sekeliling.
“Kondisi ini bakal diperparah ketika si anak yang kecanduan game online tapi tidak mempunyai uang untuk bermain. Maka dia akan melakukan tindakan mencuri dan memalak kawannya guna bisa mendapatkan uang untuk dapat terus bermain game online tersebut,” kata Rudy.
Senada dengan tulisan saya pada awal postingan, segala sesuatu mempunyai 2 sisi mata uang, dampak positif dan negatif, hitam dan putih. Disini tugas kita sebagai orang tua untuk memberikan pengertian, pengawasan serta menyeleksi segala sesuatu yang akan menjadi konsumsi generasi muda kita. Tentu kita tidak ingin generasi penerus bangsa ini bermental rusak bukan?