Perhatikan tampang bocah perempuan ini, menggemaskan bukan? Usianya baru delapan tahun. Ayesha Ali, begitulah orangtuanya memberinya nama. Melihat keceriaan tersirat dari wajahnya, orang tidak akan menyangka gadis cilik ini mengalami nasib yang tragis. Dia ditinggalkan ayahnya semenjak ibunya terlibat asmara dengan kekasihnya yang baru.
Ditemukan tewas di rumah orang tuanya di Chadwell Heath, Essex, Inggris. Tanggal 29 Agustus 2013. Pada mayatnya diketemukan 50 bekas luka mengerikan yang diduga kuat akibat penganiayaan yang dilakukan oleh ibu kandung dan kekasihnya.
Dalam sebuah penyelikan pasca kematian sang bocah, ditemukan surat- surat yang diduga ditulis oleh si bocah malang ini. Dalam surat- suratnya Ayesha menuliskan daftar baik dan buruk tentang dirinya. Untuk daftarnya yang baik dia menuliskan misalnya :meletakan segala sesuatu pada tempatnya, menyelesaikan makannya tepat waktu dan bergegas mandi.
Untuk karakter buruknya gadis cilik ini membuat daftar lebih panjang seperti : berbohong, berpura-pura tidak mendengarkan seseorang berbicara, cuek, tidak segera merespons panggilan atau permintaan, tidak memakan semua makanan, kasar, serta tidak meletakkan sepatu di tempatnya. “berusaha keras menjadi orang baik, aku benci dihukum, jadi aku harus memastikan diriku berubah” tulisnya dalam salah satu surat sebagai alasan bocah itu membuat daftar karakternya yang baik dan buruk.
Sayang usahanya untuk menyenangkan hati ibunya ini tidak mendapat sambutan yang semestinya. Ibu dan kekasihnya tetap membencinya dan menganggap ayesha berdarah jahat dan penjelmaan iblis. Bocah malang itu dianggap layak disiksa bahkan dibunuh.
Adalah seorang wanita, kekasih Polly Chowdhurry – ibu kandung Ayesha, yang bernama Kiki Muddar, terus menerus menghasut Polly agar membenci anak kandungnya tersebut, lewat ribuan pesan yang diunggah melalui salah satu jejaring media sosial secara bertubi-tubi. Kiki merupakan pengikut fanatik salah satu kelompok spiritual muslim, yang dipimpin Skyman, yang meyakini ayesha adalah penjelmaan iblis.
Butuh hampir dua tahun bagi polisi untuk menguak kasus sadis yang menimpa Ayesha guna memastikan otak pelaku kejahatan atas kematian anak cerdas, periang, dan ramah itu. Beberapa guru sekolahnya menyesalkan peristiwa ini sampai terjadi. Mereka menganggap Ayesha adalah “Hadiah Istimewa”, ketika dikonfirmsi seputar kasus tersebut.
Pada Februari 2015, para juri di pengadilan menyatakan kedua perempuan ini terbukti bersalah menyiksa hingga tewas Ayesha. Pada Jumat, 6 Maret 2015, hakim akan menjatuhkan hukuman kepada dua perempuan tersebut.
dinarasikan kembali dari tempo online